Monday, October 4, 2010

Resensi Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas

Tampaknya Andrea Hirata semakin memukau pembaca lewat novel terbarunya yang bertajuk dwilogi padang bulan. Novel ini bercerita tentang perjuangan seorang wanita dari masyarakat melayu di Belitung. Pertama kali bingung ketika membaca novel ini karena bercerita mengenai sosok Enong sekaligus kisah cinta Ikal dan A Ling yang menjadi penghibur dalam novel ini.

Penulis sanggup membawa pembaca dalam keharuan ketika menyimak sosok Enong dengan segala kisahnya. Dia yang sedari dulu miskin semakin merana ketika ayahnya meninggal dan menjadikannya kepala keluarga untuk tetap menyambung hidup keluarganya. Nasib semakin tidak berpihak ketika banyak cacian bertubi-tubi datang karena dia menjadi wanita pendulang timah pertama kali di masyarakat melayu. Tetapi caci dan maki tentang pekerjaan mendulang timah yang dianggap tidak terhormat dan tak pantas dilakukan oleh wanita itu menjadikannya wanita kuat yang tetap bertahan dalam himpitan hidup. Di sisi lain, Enong sangat menyukai Bahasa Inggris. Dengan perjuangannya akhirnya dia berhasil mengikuti Les bahasa Inggris untuk mengembangkan bakatnya. Dan akhirnya dibuktikan tekadnya dengan mendapat Juara III dalam les Bahasa Inggris tersebut. Setelah berlalu hal-hal itu yang menjadi puncak kesengsaraan Enong ketika dirinya diperlakukan buruk oleh suaminya dan akhirnya bercerai serta ditinggal Ibunya yang sangat dicintainya untuk selama-lamanya.

Sosok lain yang ditampilkan dalam novel ini adalah Ikal yang dahulu sudah tampil dalam tetralogi Laskar Pelangi. Dengan kisah cinta yang berlarut-larut dengan seorang gadis Cina bernama A Ling, dan upayanya yang tidak masuk akal dalam merebut A Ling dari seorang Pemuda Cina. Beruntung pada akhirnya dia tahu bahwa cerita A Ling yang dikabarkan akan menikah dengan pemuda Keturunan Cina itu adalah hanya sebuah kabar burung yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan gaya bercerita yang mendetail seakan kita dapat melihat gambar ketika membaca novel ini. Ceritera yang begitu mengaduk perasaan sekaligus menggelikan ini membuat pembaca tak bosan untuk membaca sampai akhir cerita. Semakin menginspirasi ketika memasuki novel yang kedua yaitu Cinta di dalam gelas, dengan alur maju yang divariasi dengan alur balik. Perjumpaan Ikal dan Enong dan rencana Ikal membantu Enong dalam lomba catur di acara 17 Agustus untuk mengalahkan mantan suaminya membuat alur semakin menantang untuk ditelusuri.

Hal-hal yang menggelikan seperti kehadiran seorang Detektif dengan burung merpati yang akhirnya diketahui menjadi tukang pos serta Paman Ikal menambah ketertarikan novel ini. Serta rahasia dalam warung-warung kopi yang sering dikunjungi oleh masyarakat Melayu, yang dapat digunakan untuk menganalisis sifat dan karakter para pengunjungnya.

Itulah sedikit cerita dari novel ini, yang tidak bisa dirangkum keseluruhannya. Membacanya membuat kita mengenal sisi hidup lain yang belum pernah diangkat serta berbagai pelajaran hidup yang berharga untuk disimpan. Meski akhir-akhir cerita terdapat gambaran permainan catur yang tidak begitu mudah dimengerti tetapi secara keseluruhan Novel ini begitu menginspiratif. Bekerja keras layak dilakukan oleh siapapun dalam mengejar mimpinya, serta percaya akan tangan Tuhan yang akan selalu member keadilan pada manusia.
Luangkanlah waktu sobat untuk membaca novel ini, karena berbagai pengalaman dan makna hidup akan tergambar jelas melalui ceritanya. Sobat tertarik?

Selamat membaca

Resensi oleh: Galih Annisa Hakiki.

Ditulis Oleh : Mas Win // 2:36 PM
Kategori:

1 Komentar:

Komentar bonus nasi bungkus