Negara kita memang sangat kaya akan keanekaragaman kuliner. Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai makanan khas masing-masing. Misalkan sate. Sate di Indonesia pun ada bermacam-macam. Ada sate sapi, sate kambing, sate ayam khas Madura, sate jeroan, dan berbagai macam sate lainnya. Ternyata tak hanya di Indonesia. Makanan sate pun dapat ditemui di negara matahari terbit, Jepang. Tentu saja bahan dan penyajiannya berbeda.
Chef terkemuka Jepang, Hirohisa Koyama penasaran dengan sate Indonesia. Presiden NPO Nippon Culinary Exchange Institute yang juga pemilik restoran Aoyagi di Tokushima Jepang dan Basara Jakarta ini pun membedakannya dengan sate dari negerinya. Koyama pun membedahnya dalam ceramahnya dengan tajuk "Menggali Budaya Kuliner Jepang serta Kaitannya dengan Indonesia" di Restoran Basara, Jakarta pekan lalu. Rupanya, dia tahu persis bahan dan bumbu sate Indonesia, terutama daging ayam dan kambing, bumbu dan cara memasak. Koyama lalu mencari tahu sejarah sate Indonesia.
Dijelaskannya perbedaan antara sate Jepang (sate ayam yang empuk, potongan daun bawang, dan bakso) dan Indonesia (sate ayam dan kambing). Sate Jepang tampil lebih rapi (tidak berlumur aneka bumbu) dan warna daging yang dibakar lebih merata. Sementara sate Indonesia lebih penuh (banyak daging) dan ada bagian agak gosong ada pula yang masih putih.
Rasanya pun berbeda, sate Jepang cenderung gurih mengarah ke asin, sedangkan sate Indonesia lebih gurih dan ada rasa manis karena memakai kecap manis. Ketika dia menjelaskan perbedaan tadi, dari samping kiri tercium bau harum dan bau gosong daging. Hmm, rupanya ada yang sedang memanggang sate. Tak lama kemudian, keluarlah para pramusaji membawa puluhan porsi sate Jepang dan Indonesia yang dibagikan kepada setiap hadirin.
Seusai bersantap sate, Koyama mengupas perbedaan sate buatan bangsanya dan sate Indonesia. Sate Jepang tidak berwarna hitam (gosong) dan tidak banyak berminyak karena hanya dibumbui, tepatnya dilumuri, garam Jepang yang dibeli dari Bali dan kecap. Sementara sate Indonesia memakai aneka bumbu. Cara membakarnya pun berbeda sebab jenis arang yang dipakai juga berbeda.
Tukang sate di Jakarta memakai arang dari batok yang derajat bakarnya lebih rendah dibanding arang bincotan (dari kayu) yang digunakan untuk membakar sate Jepang. Arang bincotan sendiri diimpor Jepang dari Sumatera. Alhasil sate kita harus dibakar dekat bara api yang membuat permukaan daging cenderung gosong.
Jelas daging gosong tidak bagus untuk kesehatan. Bukan hanya itu, Koyama si penggemar sambal itu menyarankan agar tukang sate Indonesia mengurangi pemakaian minyak lewat racikan bumbu kacang atau lemak sebab minyak berlebihan kurang bagus bagi tubuh.
Itulah untungnya bertukar pikiran dengan bangsa lain. Bisa belajar memasak makanan dengan cara dan hasil lebih sehat.
Toriyaki (Sate Jepang) |
Dijelaskannya perbedaan antara sate Jepang (sate ayam yang empuk, potongan daun bawang, dan bakso) dan Indonesia (sate ayam dan kambing). Sate Jepang tampil lebih rapi (tidak berlumur aneka bumbu) dan warna daging yang dibakar lebih merata. Sementara sate Indonesia lebih penuh (banyak daging) dan ada bagian agak gosong ada pula yang masih putih.
Rasanya pun berbeda, sate Jepang cenderung gurih mengarah ke asin, sedangkan sate Indonesia lebih gurih dan ada rasa manis karena memakai kecap manis. Ketika dia menjelaskan perbedaan tadi, dari samping kiri tercium bau harum dan bau gosong daging. Hmm, rupanya ada yang sedang memanggang sate. Tak lama kemudian, keluarlah para pramusaji membawa puluhan porsi sate Jepang dan Indonesia yang dibagikan kepada setiap hadirin.
Seusai bersantap sate, Koyama mengupas perbedaan sate buatan bangsanya dan sate Indonesia. Sate Jepang tidak berwarna hitam (gosong) dan tidak banyak berminyak karena hanya dibumbui, tepatnya dilumuri, garam Jepang yang dibeli dari Bali dan kecap. Sementara sate Indonesia memakai aneka bumbu. Cara membakarnya pun berbeda sebab jenis arang yang dipakai juga berbeda.
Tukang sate di Jakarta memakai arang dari batok yang derajat bakarnya lebih rendah dibanding arang bincotan (dari kayu) yang digunakan untuk membakar sate Jepang. Arang bincotan sendiri diimpor Jepang dari Sumatera. Alhasil sate kita harus dibakar dekat bara api yang membuat permukaan daging cenderung gosong.
Jelas daging gosong tidak bagus untuk kesehatan. Bukan hanya itu, Koyama si penggemar sambal itu menyarankan agar tukang sate Indonesia mengurangi pemakaian minyak lewat racikan bumbu kacang atau lemak sebab minyak berlebihan kurang bagus bagi tubuh.
Itulah untungnya bertukar pikiran dengan bangsa lain. Bisa belajar memasak makanan dengan cara dan hasil lebih sehat.
tapi dua2nya sate daging kan?... :D
ReplyDeleteoh gitu ya.... tapi pasti ada beda dalam menyebutkannya :
ReplyDeleteTE SATE (bhs Medura)
TO SATO (bhs Jepang) hihihi
semangat mas win , suwun
ahihihi.., dua2.na enag mas... kapan ya mas nraktir sate??? :D hehehe
ReplyDeletetapi sate jepang kelihatannya kaya masih mentah ya
ReplyDeleteSy sih malah suka yang hampir gosong, gurihnya terasa..
ReplyDeletejadi lapeeeerr.. tapi, betul juga yahh, lebih gosong makin tidak sehat, padahal saya suka yang agak gosong...
ReplyDeletelain koki lain masakan, lain negara lain bahannya (mungkin), tapi tetep saja enak he.he..
ReplyDeleteSalam
Masuk akal juga sarannya koki Jepang itu. Memang masakan dari Indonesia terlalu banyak mengandung lemak alias minyak. Semoga koki di Indonesia bisa lebih banyak belajar dari luar supaya bisa memasak masakan yg menyehatkan tubuh sekaligus lezat dan nikmat...
ReplyDeletesate enak, apalagi kalo gratis.. hehe
ReplyDeleteLebih enak nasi gandul khas Pati daripada SATE......... heeee ki$$
ReplyDeletesate padang salah satu sate yang paling terkenal di indonesia & enak pula rasa'a
ReplyDelete